Senin, 13 Agustus 2018

Museum Prabu Geusan Ulun, Sumedang

Museum Prabu Geusan Ulun terletak di Kompleks Pendopo Kabupaten Sumedang terletak di pusat Kota Sumedang. Kompleks ini semenjak Sumedang berdiri pada tahun 1705 hingga sekarang berfungsi sebagai pusat pemerintahan kabupaten Sumedang. Kompleks yang didalamnya terdapat bangunan-bangunan tersebut berukuran seluas 1,8 ha dan dikelilingi dengan tembok setinggi tiga meter. Di dalam kompleks terdapat bangunan-bangunan yang cukup tua , yaitu 
Gedung Srimangati (1706)
Gedung Bumi Kaler (1850)
Gedung Gendeng (1850). 
Selain itu, terdapat tiga gedunglainnya yang relatif baru, yaitu :
Gedung Gamelan (1973), 
Gedung Pusaka (1990),
Gedung Kereta Naga Paksi (1996). 

Museum menempati Gedung Srimanganti. Gedung ini dibangun tahun 1706 oleh Bupati Dalem Adipati Tanumaja yang memindahkan pusat kota kabupaten dari Tegal Kalong ke tempat ini. 
Kunjungan Dosen Magang ITB 2018 ke Museum Prabu Geusan Ulun
Gedung Srimanganti merupakan bangunan permanen berdinding tembok. Berlantai tinggi dengan permukaan tegel dan pada bagian teras belakang bangunan dijumpai adanya tiang-tiang penyangga lantai kayu. Jendela-jendela berukuran cukup besar dengan bentuk segi empat dan melengkung atau kurva. Pintu-pintu berukuran cukup besar serta pada bagian atas daun pintu terdapat ventilasi yang dipenuhi hiasan floral. Juga dilengkapi tiang-tiang bangunan kokoh.

Gedung Srimanganti pada awalnya berfungsi sebagai kediaman resmi bupati dan keluarganya. Gedung ini awalnya adalah ruang tamu dimana Bupati menjamu tamu-tamunya.  
Pada tahun 1950-1982 dipergunakan sebagai Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang. 
Pada tahun 1982 dipugar dan kemudian difungsikan sebagai museum dengan nama Museum Prabu Geusan Ulun. Di dalam museum terdapat koleksi, antara lain Meriam Kalantaka, peninggalan Kompeni tahun 1656, dan beberapa baju kebesaran para bupati. 
Koleksi museum Prabu Geusan Ulun yang ada di Gedung Srimanganti
Gedung Bumi Kaler awalnya merupakan tempat tinggal keluarga keturunan leluhur Sumedang. Baru pada tahun 1982, bangunan Bumi Kaler menjadi bagian dari Museum. Bangunan ini sejatinya adalah bangunan rumah panggung yang terbuat dari kayu jati dengan arsitekturnya bisa disebut khas Sunda karena atapnya berbentuk Julang Ngapak. Di dalamnya tersimpan beberapa kitab/naskah kuno seperti: Al-Quran tulisan tangan abad ke-19, Kitab Waruga Jagat yang ditulis awal abad ke-18, serta Kitab Riwayat yang ditulis pada abad ke-19. Selain kitab, juga terdapat kumpulan koleksi mata uang dari dalam dan luar negeri, puade yang merupakan tempat anak dikhitan abad ke-19, payung kebesaran kerajaan abad ke-17, jam berdiri, dan beberapa benda peninggalan Pangeran Soeria Atmaja. Ditambah dengan adanya ruangan perpustakaan. Saat kunjungan saya dan rombongan ke museum ini,  saya tidak masuk gedung ini karna gedung di depannya lebih menarik perhatian meski dalam keadaan tertutup (Gedung Gendeng). 
Tampilan Gedung Bumi Kaler dan elemen arsitekturnya
Gedung Gendeng yang dibangun tahun 1850 awalnya ini digunakan untuk menyimpan barang-barang pusaka peninggalan leluhur Sumedang beserta senjata-senjata jaman dahulu. Di gedung ini juga ditempatkan gamelan-gamelan pusaka (gamelan kuno). Saat ini Gedung Gendeng ditutup untuk pengunjung,  karena pusaka telah dipindahkan di gedung pusaka yg baru dibangun tahun 1990.  Hanya saja di dalam gedung ini masih tersimpan beberapa peninggalan yg belum 'dinetralisir',  sehingga bagi sebagian pengunjung mungkin akan merasakan auranya jika melewati gedung ini.  
Gedung Gendeng tempo dulu dan sekarang
Sumber : sumedangtandang.com
Di Gedung Gamelan terdapat beberapa koleksi diantaranya Gamelan Panglipur yang merupakan peninggalan Pangeran Rangga Gede (1625–1633), gamelan Pangasih peninggalan Pangeran Kornel (1791–1828), dan gamelan Sari Arum peninggalan Pangeran Sugih (1836–1882). 
Gedung Gamelan Museum Prabu Geusan Ulun dan segala misteri di dalamnya
Gedung Pusaka yang dibangun tahun 1990. Pembangunan Gedung Pusaka ini diprakarsai oleh Ibu Hj. Rd. Ratjih Natawidjaya, ibunda dari Bapak Prof. DR. Ginanjar Kartasasmita. Di dalam gedung ini di terdapat berbagai pusaka kerajaan Sumedang masa lampau.  Mulai dari raja pertama, termasuk mahkota Binokasih Sang Hyang Pake dan Siger (mahkota kerajaan Padjajaran) yg digunakan untuk penobatan Prabu Geusan Ulun (1578),  juga ada di ruangan ini. Selain itu ada juga koleksi berbagai macam kujang (senjata tradisional Jawa Barat) dan patrem. Tombak Trisula dan Tombak Polos ditambah berbagai macam gobang dan keris peninggalan zaman Mataram. Ditambah dengan pusaka berbentuk keris seperti Keris Ki Dukun, milik Prabu Gajah Agung pada abad ke-15, Batik Curuk Aul, milik Embah Jaya Perkasa abad ke-16, Pedang Ki Mastak, peninggalan Prabu Tajimalela abad ke-15, dan keris Nagasastra, milik Pangeran Kornel di abad ke-18.
Gedung Pusaka dan koleksi berharga di dalamnya 
Tentu saja ruang ini punya sistem pengamanan khusus karena semua isinya sangat berharga. Seperti gedung Gendeng,  ruang ini juga punya aura mistis yg cukup kuat,  sehingga bagi pengunjung yang sedang dalam keadaan tidak suci sebaiknya tidak usah masuk. Juga bagi yang merasakan auranya begitu masuk gedung ini,  sebaiknya segera keluar ruangan.  
Yang menarik saat saya melihat-lihat pusaka di ruang ini adalah koleksi pusaka keluarga Ginanjar Kartasasmitha yg dihibahkan ke museum ini.  Panjang pusakanya yg berbentuk seperti pedang kurang lebih 1,3 m beserta sarung pusakanya.  Tidak terbayang bagaimana  caranya memggunakan pusaka sebesar itu.
Pusaka keluarga
Ginanjar Kartasasmitha 

Bagi para pengunjung yang akan melakukan kunjungan bisa kontak :
Kompleks Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang
Telpon: +62-0261-201714
Email: info@museumprabugeusanulun.org

Sumber:
  • www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=68&lang=id
  • https://id.m.wikipedia.org/wiki/Binokasih_Sanghyang_Pake 
  • sumedangtandang.com

Terima kasih tuk para Pembina Dosen Magang ITB Pak Komang dan Pak Bambang yang sudah mengajak kami jalan-jalan ke Museum ini.  Juga untuk Pak Iwan dan Pak Tata yg selalu siap mensupport kami selama kegiatan. Makasih juga buat squad Dosma ITB 2018 yang tanpa kalian perjalanan gak akan seseru ini.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar