Jumat, 24 Agustus 2018

Materi Workshop Beban Kerja Dosen (BKD) dan software BKD 2018

Hari ini saya dapat info dari kampus bahwa ada undangan untuk tanggal 27 Agustus 2018, bagi seluruh dosen Serdos baik Dosen Yayasan maupun DPK di lingkungan LLDIKTI Wilayah XIV Papua - Papua Barat untuk mengikuti Kegiatan Sosialisasi Peningkatan Kualitas Beban Kerja Dosen Tahun 2018. Dalam undangan disebutkan bahwa kegiatan tesebut bertujuan melakukan pembinaan dan meningkatkan pelaporan terhadap pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Karena posisi saya sedang mengikuti program magang dosen di ITB, sulit bagi saya untuk hadir dalam kegiatan tersebut. Terkendala biaya PP Bandung-Jayapura, yang tiket pesawat sehari sebelum kegiatan menembus harga  Rp. 3.183.000/orang dengan durasi perjalanan 13 jam 55 menit. Selain itu saya juga terkendala waktu  karna jadwal kegiatan magang sedang padat dengan target pengumpulan proposal penelitian. Padahal sebenernya sangat ingin ikut...
Bersyukurnya, seorang teman share 'link' materi workshop yang sama yang sudah lebih dulu diselenggarakan oleh LLDIKTI Wilayah I Sumatera Utara pada 23-24 Agustus 2018 ini. Alhamdulillah... setidaknya bisa belajar dari materi tersebut. InsyaALlah sampai di Jayapura, bisa tanya juga ke rekan-rekan yang lain.

Bagi yang tertarik juga dengan materi tentang BKD 2018 dan software BKD 2018, silahkan klik tautan di bawah ini:
Materi Workshop Pengisiap Beban Kinerja Dosen (BKD) 2018

kalau tidak berhasil download dari tautan di atas, silahkan download dari tautan di bawah ini:

Materi Workshop BKD
Software BKD 2018

Adapun materi workshop BKD dalam tautan tersebut diantaranya:
1. BEBAN KERJA DOSEN BIDANG PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (Alesyanti)
2. Pengembangan Karir Dosen dlm meningkatkan Mutu PTS (Ketua LLDIKTI Wilayah 1 Sumut)
3. Penggunaan Aplikasi Beban Kinerja Dosen Ver 5 Mei 2017 (MHD Buhari Sibuea)
4. Permendiknas Tentang Tugas Belajar Dosen dan Jabatan Fungsional Dosen (Heriyanto)


Note: 
Terima kasih Pak Aldyan Aan atas sharenya.

Minggu, 19 Agustus 2018

Jajanan Tradisional AWUG di Gasibu

Masih cerita sepurtaran Bandung.  Pagi tadi saya dan beberapa teman jalan ke CFD dan lanjut ke Gasibu..   Gasibu itu pasar tradisional tiap sunday morning di seputaran kawasan Lapangan Gasibu sampai ke Monumen Perjuangan Rakyat Jabar. Gasibu mulai ramai penjual gelar dagangan sekitar jam 5 pagi,  dan biasanya mulai tutup jam 12 siang.  Gasibu padat pengunjung sekitar jam 8 pagi. Mau cari barang apapun sepertinya ada di pasar tiban ini.  Harganya juga sangat terjangkau.
Lelah jalan keliling di Gasibu, saya pun beranjak pulang dan gak lupa mampir buat beli AWUG, jajanan tradisional bandunh dari tepung beras dan gula aren.  Kalau di Jogja hampir mirip dengan 'putu'. Bedanya kalau awug tidak dibuat di kukusan bambu kecil,  tapi di susun seperti tumpeng dan ditutup cetakan tumpeng dari  anyaman bambu dengan perapian di bawah.  
Satu porsinya harga 8 ribu,  pas banget buat cemilan menunggu saat sarapan. 
Awug Bu Iis di seputaran Gasibu
Nah,  kalau mau tahu resep jajanan tradisional yang satu ini,  banyak sekali resep yg bertebaran di google.  Salah satunya ini:
Resep Awug tepung beras gula merah karya Uniqee Pricillaa Prameswarii.

Bandung,  19 Agustus 2018

Kamis, 16 Agustus 2018

PKKMB ITB Program Doktor, Magister dan Profesi

Berkesempatan untuk jadi tamu undangan di acara PPMB ITB kali ini, suasananya berbeda dengan yg lalu (program sarjana).  Suasananya lebih formal dan lebih kaku.
Kali ini kami bisa masuk ke dalam gedung untuk menyaksikan langsung ceremoninya.
PPMB ITB diresmikan dalam Sidang Terbuka.
Diawali dengan laporan PMB,  yg di dalamnya dirincikan berapa jumlah peminat masing-masing program. Untuk peminat program magister tahun ini sebanyak 6488 orang,  untuk program profesi sebanyak 527 orang dan sebanyak 684 untuk program doktor.
Usia termuda untuk program doktor 23 tahun.. (Wow...  Itu saya 10 tahun yg lalu.. 😅) Dalam laporan juga disampaikan ada 22 WNA untuk progam pascasarjana.
Setelah pembacaan laporan dilanjutkan dengan penerimaan mahasiswa baru oleh rektor yang dilanjut dengan pembacaan janji mahasiswa dan menyanyikan lagi Padamu Negeri.
Acara lanjut dengan sambutan rektor ITB. Dalam sambutannya Pak Rektor menyampaikan ada tiga isu yang sedang jadi topik yakni 'food',  'energy', dan 'water'.  Pada kesempatan ini Bapak Prof.  Dr.  Ir.  Kadarsah Suryadi,  DEA,  memaparkan pentingnya Restorasi Sungai Citarum sebagai sumber air baku bagi Masyarakat Jawa Barat khususnya. Sejak 1989 sampai saat ini rangkaian program untuk restorasi Sungai Citarum sudah dilakukan. Target milenium yg ingin dicapai adalah Development goals (MDGs)  100%  akses air minum dan sanitasi. Telah dicanangkannya program CITARUM HARUM yang dipimpin oleh Kementerian Koordinator Bidang kemaritiman dengan melibatkan berbagai pihak termasuk ITB yg memberi kontribusi baik melalui PKM dan KKN Tematik.
Kontribusi ITB melalui PKM diantaranya:
  1. Penanganan limbah domestik dengan sistem johkasau yg dikembangkan tim Teknik Lingkunga FTSL dan sistem floating welland yg diterapkan oleh tim teknik lingkungan dan dikembangkan oleh Pusat Pemberdayaan Pedesaan (P2D)  ITB
  2. Penanganan limbah padat atau sampah dengan konversi menjadi briket bahan bakar, dikembangkan oleh KK Konversi Energi FTDM, dan konversi sampah menggunakan lalat tentara hitam (Hermetia illucens), yg dikembangkan oleh tim Laboratorium Entomologi dan Toksikologi Lingkungan - SITH
  3. Penanganan limbah peternakan dan perikanan dengan teknologi bio-digester limbah, yang dikembangkan oleh tim twknik lingkungan FTSL dan teknik kimia FTI, serta sistem resirkulasi akuakuktur (RAS), yang dikembangkan oleh tim KK Bioteknologi 
  4. Penanganan limbah industri dengan agen mikroba pendegradasi limbah (industri,  domestik,  dan perikanan),  yang dikembangkan tim Teknik Lingkungan FTSL dan SITH. 
  5. Pemantauan kondisi lingkungan dengan areal mapping menggunakan citra satelit oleh tim Geodesi dan Geomatika - FITB, dan pemgembangan smart online water quality monitoring system oleh tim Teknik Fisika - FTI. 
  6. Program penghijauan dan penguatan lahan dengan agroforestry
  7. Teknologi penyediaan air minum dengan teknologi ultrafiltrasi yg dikembangkan oleh tim yg dipimpin oleh Prof.  Ir.  I Gede Winten, M. sc.,  Ph.D a(FTI-ITB). 
Kontribusi ITB untuk Restorasi Sungai Citarum melalui PKM dan KKN Tematik
Kontribusi ITB untuk mendukung program CITARUM HARUM LESTARI di tahun 2018 ini melalui KKN Tematik di 4 kampung sepanjang sungai Citarum dengan tema Air dan Infrastruktur.
(materi sambutan rektor juga ada dalam buku panduan PPMB ITB yg dibagikan ke seluruh maba sebelum masuk ruangan)
Diakhir sambutannya, Rektor memperkenalkan jajaran MWA dan senat akademik yg hadir.  Selain itu juga Kaprodi dan Ka. Unit yg juga hadir dalam sidang terbuka ini.
Selanjutnya adalah orasi ilmiah yg disampaikan oleh Prof.  Dr  Eng.  Khairurrijal,  M. Si. Beliau adalah dosen berprestasi Nasional (2011), dan dosen yg mendapat penghargaan ITB Innovation Award (Penghargaan ITB Bidang Inovasi), Maret 2015, diberikan oleh Rektor ITB. Orasi ilmiah yang beliau sampaikan berjudul "Kendala Ada Namun Bukan Keterbatasan: Berbagi Pengalaman dalam Melakukan Penelitian dan Pengembangan di ITB. Di akhir orasinya beliau menghimbau agar kita terus meingkatkan aktivitas litbang sehingga produktivitas saintifik dan produktivitas insdustri kita meningkat dan kemudian Indonesia menjadi jaya.
(untuk materi orasi beliau juga ada di dalam buku panduan PPMB ITB).
Seusai orasi ilmiah,  ada jeda acara yang diisi oleh persembahan lagu dari PSM-ITB dan KPA-ITB, yg dilanjut sengan pembacaan doa,  kemudian lagu syukur. Sidang ditutup selanjutnya Prosesi Rektor,  MWA,  Senat Akademik,  Pimpinan ITB dan tamu kehormatan meninggalkan ruangan.

Berikutnya, acara Pengenalan Program Pascasarjana.
Pengenalan Program Pascasarjana


Demikian live report dari TKP Sabuga ITB,  untuk squad Dosen Magang ITB 2018.
Bandung, 16 Agustus 2018

Nongkrong asik kerja laporan di Eduplex

Beberapa waktu yang lalu saat kami dikejar deadline pengumpulan laporan bulanan, mau gak mau harus lembur.  Kalo lemburnya di kamar aja atau di asrama aja rasanya kurang nyaman dan pastinya akan sulit menepis godaan kasur dan selimut... Pasti bawaannya ngantuk..   
Makanya kami cari tempat nongkrong yang bisa sekalian buat tempat kerja laporan.  Bertanyalah sama salah satu teman magang yg kebetulan alumni ITB juga.. dia sarankan untuk ke Eduplex,  katanya sih asik buat kerja.. (makasih lho dek Tyan buat sarannya...)   
Oke, skenarionya pulang basecamp langsung ke cafe.  Karna kami dari gedung CRCR ITB (basecamp), gampang aja kalau mau ke Eduplex, dari pintu belakang ITB (Jl.  Dayang Sumbi) tinggal keluar ke jalan besar terus naik angkot yg sebrang jalan deh... Ongkosnya 2000 aja per-orang. 

Sesampainya di tujuan...  Beberapa spot yg menurut kami strategis buat kerja laporan, ternyata sudah penuh terisi pengunjung lain yg rata-rata remaja dan anak2 muda. Beruntungnya saat kami putuskan untuk duduk sebentar, ternyata ada salah satu spot srtategis ditinggal penghuninya alias kosong karna sudah selesai.  Meja dengan Dua sofa panjang dan stop kontak tepat di dinding samping meja,  bener2 tempat strategis buat laptop saya yang gak bisa lepas dari charger.  
Disini juga free akses wifi, dengan S&K yg berlaku... Syaratnya sih kita order makanan/minuman (ID akan tercantum di struk pembelian) , dan ketentuan berlakunya ID dan password wifi-nya dengan batas pemakaian untuk 3 jam. 
Sebelum kerja laporan,  saya sempatkan keliling dulu untuk lihat2 sambil ambil beberapa foto.  Beberapa spot menurut saya sangat menarik layoutnya.  Selain itu gak perlu khawatir kalau lapar dan haus karena disini bisa pesan mulaindari makanan ringan sampek yang berat juga ada.  
Kami kerja disini sampek jam 11an. Menurut saya cukup nyaman kerja sambil santai di Eduplex.  Begitu pekerjaan laporan selesai, kami lanjut naik grab ke DU...  Demiiiii...  Printing. Emang jam 11 malem masih ada tempat print yang buka????  Ada dong..  Kalau di Bandung, kalian gak usah khawatir cari tempat print yang layanannya  24 jam..  Salah satunya di DU (Jl.  Dipatiukur) ini... Pastinya selesai ngeprint, kami langsung pulang ke asrama karna sudah hampir tengah malam... Cinderella kan harus pulang sebelum jam 12 malem.. Hee..  
Bersyukur saat itu laporan bisa selesai tepat waktu.. Alhamdulillah...  

Senin, 13 Agustus 2018

Museum Prabu Geusan Ulun, Sumedang

Museum Prabu Geusan Ulun terletak di Kompleks Pendopo Kabupaten Sumedang terletak di pusat Kota Sumedang. Kompleks ini semenjak Sumedang berdiri pada tahun 1705 hingga sekarang berfungsi sebagai pusat pemerintahan kabupaten Sumedang. Kompleks yang didalamnya terdapat bangunan-bangunan tersebut berukuran seluas 1,8 ha dan dikelilingi dengan tembok setinggi tiga meter. Di dalam kompleks terdapat bangunan-bangunan yang cukup tua , yaitu 
Gedung Srimangati (1706)
Gedung Bumi Kaler (1850)
Gedung Gendeng (1850). 
Selain itu, terdapat tiga gedunglainnya yang relatif baru, yaitu :
Gedung Gamelan (1973), 
Gedung Pusaka (1990),
Gedung Kereta Naga Paksi (1996). 

Museum menempati Gedung Srimanganti. Gedung ini dibangun tahun 1706 oleh Bupati Dalem Adipati Tanumaja yang memindahkan pusat kota kabupaten dari Tegal Kalong ke tempat ini. 
Kunjungan Dosen Magang ITB 2018 ke Museum Prabu Geusan Ulun
Gedung Srimanganti merupakan bangunan permanen berdinding tembok. Berlantai tinggi dengan permukaan tegel dan pada bagian teras belakang bangunan dijumpai adanya tiang-tiang penyangga lantai kayu. Jendela-jendela berukuran cukup besar dengan bentuk segi empat dan melengkung atau kurva. Pintu-pintu berukuran cukup besar serta pada bagian atas daun pintu terdapat ventilasi yang dipenuhi hiasan floral. Juga dilengkapi tiang-tiang bangunan kokoh.

Gedung Srimanganti pada awalnya berfungsi sebagai kediaman resmi bupati dan keluarganya. Gedung ini awalnya adalah ruang tamu dimana Bupati menjamu tamu-tamunya.  
Pada tahun 1950-1982 dipergunakan sebagai Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang. 
Pada tahun 1982 dipugar dan kemudian difungsikan sebagai museum dengan nama Museum Prabu Geusan Ulun. Di dalam museum terdapat koleksi, antara lain Meriam Kalantaka, peninggalan Kompeni tahun 1656, dan beberapa baju kebesaran para bupati. 
Koleksi museum Prabu Geusan Ulun yang ada di Gedung Srimanganti
Gedung Bumi Kaler awalnya merupakan tempat tinggal keluarga keturunan leluhur Sumedang. Baru pada tahun 1982, bangunan Bumi Kaler menjadi bagian dari Museum. Bangunan ini sejatinya adalah bangunan rumah panggung yang terbuat dari kayu jati dengan arsitekturnya bisa disebut khas Sunda karena atapnya berbentuk Julang Ngapak. Di dalamnya tersimpan beberapa kitab/naskah kuno seperti: Al-Quran tulisan tangan abad ke-19, Kitab Waruga Jagat yang ditulis awal abad ke-18, serta Kitab Riwayat yang ditulis pada abad ke-19. Selain kitab, juga terdapat kumpulan koleksi mata uang dari dalam dan luar negeri, puade yang merupakan tempat anak dikhitan abad ke-19, payung kebesaran kerajaan abad ke-17, jam berdiri, dan beberapa benda peninggalan Pangeran Soeria Atmaja. Ditambah dengan adanya ruangan perpustakaan. Saat kunjungan saya dan rombongan ke museum ini,  saya tidak masuk gedung ini karna gedung di depannya lebih menarik perhatian meski dalam keadaan tertutup (Gedung Gendeng). 
Tampilan Gedung Bumi Kaler dan elemen arsitekturnya
Gedung Gendeng yang dibangun tahun 1850 awalnya ini digunakan untuk menyimpan barang-barang pusaka peninggalan leluhur Sumedang beserta senjata-senjata jaman dahulu. Di gedung ini juga ditempatkan gamelan-gamelan pusaka (gamelan kuno). Saat ini Gedung Gendeng ditutup untuk pengunjung,  karena pusaka telah dipindahkan di gedung pusaka yg baru dibangun tahun 1990.  Hanya saja di dalam gedung ini masih tersimpan beberapa peninggalan yg belum 'dinetralisir',  sehingga bagi sebagian pengunjung mungkin akan merasakan auranya jika melewati gedung ini.  
Gedung Gendeng tempo dulu dan sekarang
Sumber : sumedangtandang.com
Di Gedung Gamelan terdapat beberapa koleksi diantaranya Gamelan Panglipur yang merupakan peninggalan Pangeran Rangga Gede (1625–1633), gamelan Pangasih peninggalan Pangeran Kornel (1791–1828), dan gamelan Sari Arum peninggalan Pangeran Sugih (1836–1882). 
Gedung Gamelan Museum Prabu Geusan Ulun dan segala misteri di dalamnya
Gedung Pusaka yang dibangun tahun 1990. Pembangunan Gedung Pusaka ini diprakarsai oleh Ibu Hj. Rd. Ratjih Natawidjaya, ibunda dari Bapak Prof. DR. Ginanjar Kartasasmita. Di dalam gedung ini di terdapat berbagai pusaka kerajaan Sumedang masa lampau.  Mulai dari raja pertama, termasuk mahkota Binokasih Sang Hyang Pake dan Siger (mahkota kerajaan Padjajaran) yg digunakan untuk penobatan Prabu Geusan Ulun (1578),  juga ada di ruangan ini. Selain itu ada juga koleksi berbagai macam kujang (senjata tradisional Jawa Barat) dan patrem. Tombak Trisula dan Tombak Polos ditambah berbagai macam gobang dan keris peninggalan zaman Mataram. Ditambah dengan pusaka berbentuk keris seperti Keris Ki Dukun, milik Prabu Gajah Agung pada abad ke-15, Batik Curuk Aul, milik Embah Jaya Perkasa abad ke-16, Pedang Ki Mastak, peninggalan Prabu Tajimalela abad ke-15, dan keris Nagasastra, milik Pangeran Kornel di abad ke-18.
Gedung Pusaka dan koleksi berharga di dalamnya 
Tentu saja ruang ini punya sistem pengamanan khusus karena semua isinya sangat berharga. Seperti gedung Gendeng,  ruang ini juga punya aura mistis yg cukup kuat,  sehingga bagi pengunjung yang sedang dalam keadaan tidak suci sebaiknya tidak usah masuk. Juga bagi yang merasakan auranya begitu masuk gedung ini,  sebaiknya segera keluar ruangan.  
Yang menarik saat saya melihat-lihat pusaka di ruang ini adalah koleksi pusaka keluarga Ginanjar Kartasasmitha yg dihibahkan ke museum ini.  Panjang pusakanya yg berbentuk seperti pedang kurang lebih 1,3 m beserta sarung pusakanya.  Tidak terbayang bagaimana  caranya memggunakan pusaka sebesar itu.
Pusaka keluarga
Ginanjar Kartasasmitha 

Bagi para pengunjung yang akan melakukan kunjungan bisa kontak :
Kompleks Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang
Telpon: +62-0261-201714
Email: info@museumprabugeusanulun.org

Sumber:
  • www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=68&lang=id
  • https://id.m.wikipedia.org/wiki/Binokasih_Sanghyang_Pake 
  • sumedangtandang.com

Terima kasih tuk para Pembina Dosen Magang ITB Pak Komang dan Pak Bambang yang sudah mengajak kami jalan-jalan ke Museum ini.  Juga untuk Pak Iwan dan Pak Tata yg selalu siap mensupport kami selama kegiatan. Makasih juga buat squad Dosma ITB 2018 yang tanpa kalian perjalanan gak akan seseru ini.  

Minggu, 12 Agustus 2018

Ziarah Makam Cut Nya' Dhien (Cut Nyak Dien)

Makam Cut Nya' Dhien terletak di Kompleks Pemakaman Gunung Puyuh, Kampung Gunung Puyuh Sukajaya, Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.
Dikisahkan kembali oleh Mang Asep (penjaga makam) pada 11 Agustus 2018, bahwa di masa pengasingannya Cut Nya' Dhien tinggal bersama Keluarga H Husna Bin Sanusi di Sumedang. Oleh Pangeran Soeryaatmadja, Bupati Sumedang kala itu, yang menerima Cut Nya' Dhien di Sumedang, menyerahkan perawatan Cut Nya' Dhien pada KH.Sanusi, yang saat itu adalah ulama Masjid Agung Sumedang.
Cut Nya' Dhien yang juga seorang penghafal Quran,  yang saat tiba di Sumedang meski kondisi beliau sudah tidak bisa melihat, tapi tetap menjaga hafalan beliau dan mengajar 'ngaji' warga sekitar khususnya para ibu-ibu.  Tidak banyak yang mengenal beliau sebagai Cut Nya' Dhien, warga lebih mengenal beliau Ibu Suci,  Ibu Ratu atau Ibu Prabu. 
Ini adalah foto terakhir Cut Nya' Dhien, Pejuang Perempuan yang bernyali Singa di tempat pembuangannya di Sumedang (1904-1908)
Sumber: Facebook/Perpustakaan Nasional yg di download dari tribunjateng. com
Menurut cerita yang dikisahkan Mang Asep,  saat Cut Nya' Dhien akan di pindahkan pengasingannya dari Jakarta ke tampat lain,  beliau meminta untuk diasingkan ke Sumedang.  Padahal beliau yang berasal dari Aceh dan hanya mengerti bahasa Aceh dan bahasa Arab,  kiranya bisa mengetahui dari mana tentang Sumedang.. Kenapa harus Sumedang...  Wallahu a'lam bisshowab.
Selama di Sumedang,  Cut Nya' Dhien ditemani oleh Ibu R. Siti Hodijah hingga beliau wafat pada wafat pada 16 November 1908.
Mang Asep (juru kunci makam), sedang mengisahkan perjalanan hidup Cut Nya' Dhien hingga akhirnya beliau wafat di Sumedang
Keberadaan makam Cut Nya' Dhien di Sumedang sudah tentu secara psikologis memberi keterikatan khusus bagi warga Sumedang dan warha Aceh. 

Makam Cut Nya' Dhien saat ini sudah tertata dengan baik,  dan sangat nyaman untuk pengunjung yg berziarah. Di samping pint masuk kompleks makam Cut Nya' Dhien yang telah direnovasi juga terdapat dinding batu tulis tentang 'Sejarah Cut Nyak Dien' yang di tanda tangan oleh Gubernur Aceh Bapak Zaini Abdullah pada 17 Agustus 2013.
Saat ini seluruh biaya perawatan makam diperoleh dari sedekah para pengunjung dan peziarah yg dikelola oleh penjaga makam. 
Berikut ini adalah tulis ulang dari Sejarah Singkat Cut Nya' Dhien yang tertera di dinding kompleks makam:

Bismillahirrakhmaanirrakhiim,
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya dan kemudian meneruakan cita-cita perjuangannya.  Cut Nya'Dhien adalah pahlawan nasional yang dilahirkan di Aceh pada tahun 1484, putri dari Teuku Kanta Seutia.  Selama hidupnya Cut Nya' Dhien telah berjuang mati-matian sebagai seorang pahlawan putri yang setia disamping suaminya Teuku Umar.  Beliau ikut bergerilya masuk hutan keluar hutan menentang penjajahan belanda dalam perang belanda di Aceh yang terkenal dari tahun 1873 - 1906. Setelah suaminya wafat Cut Nya' Dhien meneruskan perang jihad memimpin perjuangan sehingga beliau tertawan Belanda pada tanggal 6 November 1905, itupun atas informasi pengawalnya yang sudah tidak tega melihat kondisi yang sudah buta dan sakit-sakitan.  Selanjutnya pada tahun 1906 Cut Nya' Dhien dibuang ke Sumedang (Jawa Barat)  disertai pengawalnya panglima berumur 50 tahun dan Teuku Nana (berumur 15 tahun). Belanda menyerahkan Cut Nya' Dhien kepada Kanjeng Dalem Pangeran Aria Soeryaatmadja (Bupati Sumedang). Kemudian Kanjeng Dalem memanggil H.  Husna Imam Besar Masjid Agung Sumedang dan menyarankan agar Cut Nya' Dhien di tempatkan di rumah Siti Hodijah yang terletak di belakang Masjid Agung. Kanjeng Dalem bertanggung jawab penuh selama Cut Nya' Dhien berada di Sumedang. Sehingga segala kebutuhan sehari-hari dan kesehatannya sangat diperhatikan.  Hal ini karena Kanjeng Dalem Pangeran mengetahui sepak terjang perjuangan Cut Nya' Dhien di Aceh,  yang tidak mau bertemu pemerintah Belanda, apalagi menerima pemberian mereka.  Cut Nya' Dhien juga tidak mau tinggal diam walau dalam keadaan buta dan sakit-sakitan.  Sehari-harinya beliau mengaji dan tidak pernah keluar rumah.  Dengan menguasai ilmu agama dan hafal Al-Quran banyak anak-anak kaum dan masyarakat sekitarnya belajar mengaji dan ilmu agama, sehingga Cut Nya' Dhien dianggap Ibu Suci oleh masyarakat sekitarnya.  Kanjeng Pengeran Aria Soeryaatmadja kemudian memberi gelar Cut Nya' Dhien sebagai Ibu Prabu (Ibu Ratu)  selain srikandi nasional. Cut Nya'Dhien dirawat oleh KH.  Sanoesi yang dikenal sebagai guru agama kemudian diteruskan oleh putranya H. Hoesna. Kesehatan Cut Nya' Dhien semakin lama semakin menurun hingga wafat pada usia 60 tahun pada tanggal 16 November 1908 dan dimakamkan di tanah pemakaman keluarga KH. Sanoesi. Semoga Allah memberi rahmat pada arwah suci pahlawan putri yang amat berjasa dan setia ini serta memberi rahmat krpada orang-orang yang telah berjasa merawat dan melindungi di masa pembuangannya.  Amin. 
Sumedang,  17 Agustus 2013
Gubernur Aceh
Zaini Abdullah

Makasih para Pembina Dosen Magang ITB, khususnya Pak Komang dan Pak Bambang,  juga tim sukses Dosma ITB, Pak Tata dan Pak Iwan,  yang sudah mengajak kami ziarah ke Makam Cut Nya' Dhien.
11 Agustus 2018

Rabu, 08 Agustus 2018

Nobelius ITB caffe shop, ada donasi di tiap CUPnya

Di salah satu sudut warung KKP-ITB tepatnya di Nobelius ITB coffe shop,  ada yg menarik perhatian. Tiga wadah berjejer berisi kartu remi, masing2 kotaknya bertuliskan 'sosial',  'pendidikan',  dan 'lingkungan'. Di atas tiga wadah tadi ada satu kotak lagi yg juga berisi kartu remi.  Apa menariknya tumpukan kartu remi??? 
Hm..  Ternyata ini adalah salah satu media yg disediakan untuk pengunjung yg berkenan berdonasi sesuai dengan peruntukan yg diinginkan. Setiap pembelian satu cup minuman di cafe ini,  maka kita boleh memindahkan satu kartu yg ada di kotak teratas ke salah satu kotak di bawahnya sesuai pilihan kita... 
Nah,  setiap 6 bulan (hitungan mulai awal tahun) kartu2 ini akan di jumlah. Jadi yg kali ini saya lihat berarti kisaran donasi untuk bulan Juli dan Agustus yg sedang berjalan ini. (info base on Aa'yg jaga cafe) 
Oke...  Menarik dan sangat inspiratif. Cara yg unik untuk berbagi.. Dan siang ini saya berkesempatan memindahkan satu kartu remi ke kotak yg bertulis 'pendidikan'...
Semoga makin berkah deh Nobelius ITB.  Aamiin. 

Selasa, 07 Agustus 2018

Kisah dompet coklat bertemu pemiliknya

Malam ini saya buktikan kehebatan media sosial (medsos) untuk melacak pemilik dompet coklat yang mungkin tertinggal oleh pemiliknya. Belakangan saya tahu bahwa si pemilik dompet tidak sadar kalau dompetnya hilang.
Berbekal kartu identitas yang ada di dalam dompet, saya coba searching di FB, muncullah salah satu akun dengan tampilan wajah yg mirip dengan yg ada di kartu identitas. Saya inbox tapi no respon. Untung ada salah satu postingan temannya yg open access (dah kaya' jurnal aja). Saya coba DM temannya dan alhamdulillah dibalas dengan diberi tahu ID instagramnya. Oke, saya DM lah gadis cantik pemilik dompet coklat... Dan akhirnya dompet coklat ini bisa ketemu dengan pemiliknya lagi.
Pelajaran yg bisa diambil adalah, medsos bisa membantu untuk menghubungkan kita dengan orang yang gak kita kenal sekalipun. Pastinya dengan catatan anda menggunakan nama atau ID sesuai identitas anda. Coba kalo gadis tadi gak pakai nama aslinya untuk facebook/IG. 
Pelajaran berikutnya adalah pastikan anda cek lagi barang bawaan apalagi yang berharga seperti dompet atau hp, saat akan meninggalkan tempat nongkrong. 

Senin, 06 Agustus 2018

Nasib Piring Kotor di Perjamuan

Kasihan lah nasib si piring kotor di saat perjamuan. Kadang di taruh di bawah kursi, kadang taruh di kursi sebelah yang kosong, kadang sampai gak sengaja ketendang.
Sebenernya menyiapkan tempat khusus misalnya meja atau ember besar untuk tempat si piring cukup efektif memberi kepastian nasib si piring kotor. Kitapun tahu, harus ditaruh mana perkakas kotor yang habis kita gunakan. Kalau isi piring udah kosong sih lumayan aman, tapi kalo masih ada sisa2 makanan yang tidak termakan lalu kesenggol atau ketendang, alangkah banyak masalah yg dibuat.
Disini saya perhatikan budaya menempatkan si piring kotor pada tempatnya sudah berlaku. Ada ember besar warna merah di beberapa sudut tempat makan untuk wadah si piring kotor. Dan saya gak lihat ada satupun piring kotor yg diselip di bawah kursi. Seolah sudah mode otomatis, seusai menyantap hidangan maka langkah mengarah ke ember merah untuk meletakkan si piring kotor. 


Sederhana, tapi menunjukkan kualitas budaya tertib dan bersih. 

Nasi Kotak vs Quality Control

Bagi sebagian orang mungkin gak terpikir bahwa proses distribusi kotak makan 4500 peserta mahasiswa baru di ITB harus melalui serangkaian proses.... Yup, quality control. Proses ini pun cukup ketat, dimulai jam 9.00 kotak makan harus sudah siap karna selain akan di cek kualitasnya juga akan diatur di meja sesuai dengan fakuktas/sekolah masing-masing.

Lalu, apa saja yg di periksa... Oke, pertama adalah kesesuaian menu dengan yg disepakati. Jumlah kalori dan berat gram masing-masing menunya. Misalnya untuk nasi beratnya 250gr. Harus segitu... Biasanya pihak penyedia akan memberikan sampel makanan, tapi dari petugas Quality Control akan langsung memeriksa dari kotak makannya. Siapa yg mau beresiko untuk 4500 nasi kotak... Kalau ada yg basi gimana? Kalo sampai keracunan gimana?
Saya beruntung sempat berbincang dengan Bu Pingkan Aditiawati beliau bertugas untuk quality control. Dari beliaulah saya tahu beberapa hal penting ini.
Meja pengambilan kotak nasi untuk FTTM, isi kotak nasi, dan proses quality control
Oke, semua menu2 tadi dikemas dalam plastik atau kemasan tertentu. Hal itu dilakukan agar jika salah satu menu basi maka tidak mempengauhi lainnya dan bisa langsung dibuang. Dari cerita Bu Pinkan pernah terjadi saat PPMB membuang 800 bungkus telur karena dinyatakan basi. Wow.... Dan pihak catering harus menggantinya dengan menu serupa. Untuk catering ini sendiri dipilih berdasarkan tender. Kemudian ditetapkan beberapa catering (kurang lebih 4), untuk menghandle 4500 kotak makan.
Proses quality control dengan langsung membuka dan mencicipi makanan yg ada di dalam kotak. Yg jilbab pink itu bu Pingkan.
Jam menunjukkan pukul 10.46, meja2 panjang yang tersusun di luar ruangan sudah rapi dengan tumpukan kotak nasi yg di sampingnya terdapat papan penunjuk nama fakultas/sekolah yg di sudutnya tertulis jumlah kotak yg harus disediakan.

Selamat menikmati makan siang adik2 mahasiswa baru ITB...
Selamat menikmati hidangan makan siang adik2 maba... 
 

Sabuga pagi ini, PPMB ITB

Pagi ini jalanan jelas macet padat merayap. Arah kendaraan seperti terkonsentrasi menuju Gedung Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) ITB. Ada apa di Sabuga???? 
Suasana jalan macet menuju Sabuga dan mahasiswa baru yg bersiap masuk ruangan
Ada peresmian penerimaan mahasiswa baru. Saya sempat keliling gedung sabuga sebelum masuk, dan terlihat mahasiswa baru dengan seragam putih abu dan jas almamater sudah berbaris di depan pintu masuk. Ada beberapa pintu masuk di gedung sabuga. Mahasiswa baru ditentukan masuk lewat pintu mana. Termasuk mahasiswa berprestasi yg juga hadir di acara ini ada pintu khusus dan registrasi kehadiran. 
Peresmian Penerimaan Mahasiswa Baru ini termasuk Sidang Terbuka ITB mengawali Tahun Akademik 2018/2019. Setiap maba diberi buku PPMB ITB yang berisi susunan acara PPMB, janji mahasiswa, daftar mahasiswa terbaik dan berprestasi, daftar pimpinan ITB, daftar website ITB dan peta kampus ITB. Cukup lengkap isi buku ini khususnya untk mahasiswa baru. 

Barisan registrasi mahasiswa berprestasi, tempat duduk squad Dosma, dan pemerhati layar.
Selain panitia, kegiatan ini juga melibatkan unit Menwa untuk keamanan. Dengan seragam khusus mereka tersebar hampir di tiap sudut gedung Sabuga. 
Sebelum acara dimulai, seperti pada acara2 lain pembawa acara membacakan panduan keselamatan untuk keadaan darurat. Kali ini kami squad Dosen Magang ITB 2018 berkesempatan buat hadir. Tadinya sih berharap bisa masuk ke ruangan, tapi karna mahasiswa barunya banyak.. Gak muat deh ruangan, jadi kami di selasar luar sambil liat Layar TV yg biasanya connect dengan kamera di dalam ruangan. Sayangnya satu jam pertama kami gak bisa lihat prosesi, karena jam 09.00 layar di luar baru connect dengan kamera di dalam ruangan. 


"welcome to the jungle" 
Salah satu yg disampaikan Pak Rektor dan spontan riuh tepuk tangan seisi ruangan. 
Hadirnya Taufik Hidayat dan pemberian penghargaan bagi mahasiswa berprestasi
Aha.. Ada Taufik Hidayat di PPMB kali ini...beliau khusus diundang untuk hadir memberi motivasi mahasiswa baru. Dipandu pembawa acara, Beliau bercerita kisah perjalanan dan pengalaman beliau hingga meraih sukses di bidangnya. Selain itu juga ada sesi pemberian penghargaan untuk mahasiswa berprestasi baik akademik maupun non akademik. 





Bandung, 06 Agustus 2018

Minggu, 05 Agustus 2018

Resto Zona Merah

Tempat makan ini letaknya di Jl.Sukajadi No 59 Bandung (telp. 085722722408). Slogannya 'restorannya wong cilik' memang pas buat restoran ini.
Menunya beragam mulai tahu tempe, ayam, ikan, sampai seafood. Untuk minuman tersedia beragam jus buah.
Area Depan khusus untuk order dan take away
Buka mulai jam 10 pagi sampek jam 4 pagi. Tampilan dari depan sih kecil aja cuma ruang seukuran 3x4m tapi ada ruang makannya di belakang dapur. Dapurnya pun di ekspos dan bisa terlihat langsung oleh pengunjung saat proses menggoreng atau membakar lauk.
Meskipun restonya kecil, jangan khawatir kalau mau makan ditempat juga bisa kok. Di samping resto ini ada gang kecil, nah silahkan masuk kurang lebih 30m maka tersedia tempat makan 2 lantai. Lt. 1 untuk yg mau makan dengan meja lesehan, dan yg di lt.2 dengan meja kursi. Saat kami datang, beberapa karyawan resto sedang bersiap memasang tenda di trotoar depan resto. Tenda untuk tempat makan biasa terpasang jam 8 malam.
Ohya, resto ini juga masuk daftar resto yg bisa go food dan take away lho. Tapi harap bersabar, karena pesanan take away mulai dilayani jam 2 siang. 
Suasana ruang makan dan ruang order prasmanan
Nah, kalau mau pesan menu yg diinginkan tinggal ambil sendiri lauknya karena semua terhidang di meja. Lauk yg terhidang masih dalam keadaan mentah berbumbu atau setengah matang. Tersedia mangkok2 lebar dari alumunium untuk kita meletakkan lauk pilihan kita. Selanjutnya tinggal bawa ke meja depan dapur dan sampaikan ke karyawan resto mau di goreng atau di bakar lauknya. 
Pilih lauk secara prasmanan
Malam ini, kami pesan menu 2 nasi, ikan nila goreng, 2 tahu goreng, paru goreng, dan jus mangga. Sambil menunggu pesanan dibungkus, kami keliling resto sambil jepret sana sini... 
Kalau berkesempatan ke Bandung dan di seputaran Sukajadi, bolehlah.. Silahkan dicoba. 

Resto Zona Merah 
Map : https://goo.gl/maps/vorwBM7G4W72
Web : https://zona-merah-zomer-sukajadi.business.site 

Sabtu, 04 Agustus 2018

Selaksa Makna di Purnabakti Prof. Sudarto Notosiswojo

Kursi berderet, Panggung tertata, siap menerima tamu dan menjadi saksi ceremony purnabakti
Pagi ini di Institut Teknologi Bandung (ITB) gedung CRCS  lt.3 kami hadir dalam acara purnabakti Prof. Sudarto Notosiswojo. Pengalaman baru pastinya buat saya pribadi, karna di institusi saya belum ada ceremony semacam ini. Beruntung bisa menjadi bagian dalam atmosfir kekeluargaan yg penuh haru ini. 
Pasukan mahasiswa magister

Terlihat bahwa warga ITB dan tamu, baik rekan beliau, junior, anak didik, staff, dan semua yg hadir menyambut haru dalam ceremony purnabakti beliau. Semua ikut mengambil bagian mulai dari  perencanaan, persiapan acara, sampai pelaksanaannya. Terlihat di depan pintu masuk tersedia meja tamu yang para penjaganya adalah mahasiswa baik S1 maupun S2. Dresscode-nya juga sama menggunakan atasan putih dan bawahan hitam. Khusus mahasiswa magister menggunakan emblem 'pramuka' untuk membedakan diri dengan S1. Kompak lah... Support juga datang dari alumni lho... Baik moril maupun materiil. Keren... Tamu juga ada dari partner kerja beliau baik dalam negeri maupun luar negeri. Mahasiswa bimbingan beliau juga hadir.

Saya berkenalan dengan salah seorang mahasiswa magister eksplorasi tambang, namanya Kak Nia (Raharisolonjanahary Rindraniaina Sylvie) asal Madagaskar. Darinya saya dengar cerita tentang keterlibatan mahasiswa di acara ini. Meski asli Madagaskar tapi bahasa Indonesianya mantap euy... 
Kami juga diberi buku mini biografi Prof. Sudarto sebagai kenang-kenangan. Menyusun buku seperti ini juga perlu persiapan, jadi acara semacam ini pastilah persiapannya butuh waktu dan kerja cerdas dari semua yg terlibat. Terharu. 
Sebelum acara dimulai. Pembawa acara membacakan Pedoman Keselamatan Kerja untuk ruangan ini... Wow... Luar biasa... 
Acaranya resmi tapi semi formal, suasanya yang terciptapun hangat dan rileks. 

Susunan acara pada acara ceremony purnabakti ini, sebagai berikut:
(1) Sambutan bapak Irwan Iskandar, Beliau menghaturkan terima kasih kepada Prof. Sudarto atas semua yang telah beliau berikan baik ilmu maupun perhatian selama beliau menjadi mahasiswa sampai saat ini. Kebetulan Pak Irwan adalah murid Prof Sudarto mulai jenjang S1 sampai S3 beliau. 
(2) Doa 
(3) Sambutan Rektor ITB diwakili WR Bidang Akademik, secara garis besar beliau bercerita pengalaman beliau tentang prof di jepang yg setelah pensiun tetap berkarya, meneliti, dan menulis buku bahkan di usia yg sufah di atas 70 th. Meneliti tidak ada batasan usia dan tidak ada pensiun. Beliau berharap purnabakti hanya administratif saja, bukan akhir untuk berkarya. Beliau atas nama ITB juga menyampaikan terima kasih atas pengabdian Prof. Sudarto. 
(4) Sambukan dekan FTTM yang dalam hal ini diwakili. beliau menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Prof.Sudarto atas semua yg beliau berikan. Beliau cerita masa kuliah diuji oleh beliau saat C+ lulus dg bilai c+, selain itu juga Prof. Sudarto yg menjadi wali nikah beliau. 
Beliau juga menyampaikan kenang2an dari FTTM kepada Prof Sudarto.
(5) Sambutan dari Prodi Teknik Pertambangan. Beliau sampaikan bahwa acara ini bukan untuk perpisahan, tapi bentuk silaturahmi atas purnabakti Prof. Secara adminiatratif. Prodi juga masih berharap kontribusi Prof. Sudarto untuk tetap membimbing dua mahasiswa s3 yang beliau bimbing. Beliau juga cerita pengalaman pribadi bersama Prof. Sudarto, dan salah satu yang tak bisa dilupa adalah saat Prof. Sudarto menyelenggarakan acara ngunduh mantu untuk beliau, itu sangat berkesan dan tak terlupakan. Beliau juga ingat jasa Prof. Sudarto yang saat ortu beliau meninggal, Prof. Sudarto mengakomodasi semua sehingga beliau sekeluarga bisa pulang. Beliau juga menyampaikan cinderamata sebagai kenang-kenangan ke Prof. Sudarto
Hub antar dosen dan mahasiswa tidak hanya tentang akademik. Tapi terjalin silaturahmi secara personal dan kekeluargaan sehingga sangat berkesan. 
(6) sambutan ketua KK Sumber Daya Bumi (Pak Komang). Dalam sambutannya beliau membacakan riwayat pengabdian Prof. Sudarto Selama di prodi teknik pertambangan selama 42 tahun lebih. Yang unik dan memberi kesan lebih adalah prosesnya... 
tiba-tiba dua orang ajudan, salah satu mengenakan seragam biru dan satu lagi mengenakan baju seragam satpam.. berjalan bak pasukan, tapi bedanya... mereka berdua bejalan dengan gerakan tangan dan kaki yang sama... kaki kanan maju.. tangan kanan melambai... ohhh... sangat lucu.. dan seketika suasana menjadi cair...
dengan pembawaan yang serius santai, Pak Komang membacakan riwayat berkarir Prof. Sudarto. Pak Komang menyebut nama Prof. Sudarto dengan Prof. Mas Darto sepanjang membacakan riwayat karir beliau.  Pak Komang juga mengisahkan bahwa Bu Retno sebagai pendamping Prof. Sudarto, tidak bisa dikesampingkan dalam capaian pro. Mas Darto. Capaian Prof. Mas Darto sebelum purnabakti, beliau diakui di dua kelompok keahlian (KK) geo thermal dan panas bumi. Panas bumi belum merasa melepas beliau, dan geo thermal menerima beliau. yang terkenang selama bersama di kelompok keahlian adalah kebiasaan sarapan pagi mengawali pertemuan KK. kebiasan ini patur diapresiasi dan dilanjutkan, karena bisa mempererat sesama anggota KK.  
Menurut saya itu panggilan Prof. Mas Darto terdengar sangat mengena di hati. Prof menunjukkan jabatan dan mas darto terasa kekeluargaan. 
(7) Sambutan dari wakil Perhimpunan Ahli tambang indonsia, Beliau merasa bangga pada prof. Mas Darto dan menceritakan pengalaman beliau yg berkaitan dengan Prof. Beliau juga berharap dukungan dari prof. Untuk perhimpunan ahli tambang yg sudah 4000 anggota di indonesia dan akan meresmikan untuk cabang papua barat.
(8) Sambutan dari persatuan ahli air tanah indonesia (PAAI) dan prodi teknik air tanah.
Beliau sampaikan kesan jika prof menghargai pendapat dan ilmu orang lain. Dan beliau merangkul semua untuk bekerjasama. Prof juga perintis PAAI. Yg berkesan prof. Mas Darto juga sponsor beliau saat beliau guru besar. 
(10) Sambutan dari Prodi Magister Panas Bumi. (Bu Neni), beliau sampaikan pengalaman beliau bersama prof. Mas Darto. Semua kenangan hal baik dari  dr beliau sebagai founding father untuk prodi panas bumi. Prof yang mengayomi dan bijak. Prof tidak pernah memaksakan. Beliau sampaikan kebanggaan ke prof bahwa di akhir jabatan bisa mendatangkan alat yg nilainya lebih 20 M.

setelah beberapa sambutan tersebut, tibalah saat pemutaran video riwayat karir, peluncuran buku bunga rampai, dan peluncuran buku ajar teknik eksplorasi karya beliau.
Video yang diputar menampilkan rekaman kesan-kesan dari rekan, mahasiswa bimbingan beliau, dan menampilkan juga foto-foto selama perjalanan karir beliau. 
yang saya rasa hanya haru... bahwa semua kesan baik yg beliau tinggalkan untuk semua orang disekeliling beliau. Beliau menorehkan kesan dan pengalaman baik. Terselip doa semoga saya bisa mengikut jejak beliau yg tidak semata mendidik secara akademim tapi juga bisa megayomi dan meninggal kesan baik bagi anak didik saya kelak... amin. Serasa air mata mau tumpah melihat tampilan video yg dibuat panitia khusus untuk beliau. 
Yang terpetik juga adalah kebersamaan beliau dan istri yg sama2 mengabdi untuk ITB. istri beliau bu Retno adalah ketua IOM ITB. Keduanya saling support satu sama lain. Mengharukan dan terlihat bahwa prof. mas Darto memberi teladan dalam keseharian dan di lingkungan akademik. 

Tibalah saatnya prof. Mas Darto memberi sambutan yg didampingi seluruh keluarga beliau. Beliau menceritakan pengalaman selama berkarir di ITB. Pendekatan2 beliau ke mahasiswa luar biasa, menegur mahasiswa yg kurang semangat, menyurat ke orang tua yg anaknya terlalu banyak organisasi sampai lalai kuliah. Beliau sampaikan terima kasih atas semuanya. Rasa syukur beliau sampaikan atas semua capaian ini. 

Penyerahan cinderamata yg dilanjutkan dengan coffe break serta ramah tamah. saatnya makan-makan pemirsaaaa.....
Ada penampilan dari OSD orkes dangdut yg keren.. Ada versi mahasiswa sekarang, ada versi original (angkatan 75), luar biasa.. Meriah... 

Penampilan Bang Benediktus Yoseph Bae, dan rekan-rekan dosma ITB
Kami dosma juga ikut ambil bagian dengan diwakili oleh Bang Ben yg menyumbang 2 lagu. Di lagu ke 2, teman2 pun ikut turun memeriahkan dengan gerakan lagu maumere.. Aseeeekkk... Mantaplah... 
Pengalaman yg mengesankan buat saya pribadi. Alhamdulillah.
Terima kasih Pak Komang, sudah menjadikan kami bagian dari acara pagi tadi. 



Teruntuk Prof. Sudarto, doa saya semoga ilmu Bapak menjadi amal jariyah. Terima kasih telah menginspirasi kami, dan semoga di masa purnabakti ini kesehatan dan kebahagiaan mengiring Bapak sekeluarga. 

Aamiin ya mujibassailiin.

Bandung, 05 Agustus 2018 


Prof.  Dr.  Ir.  Sudarto Notosiswojo,  M. Eng. 
Diakses pada : 25 Agustus 2018


x

Di Kampus Ganesha Kami Menimba Ilmu

09 Juli 2018 adalah awal kami sah menyandang status peserta dosen magang di Institut Teknologi Bandung. Bersyukur bahwa kami diberi kesempatan ini. Pastinya ini kesempatan berharga yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Datang dari jauh-jauh (Jayapura) ke Bandung pastilah ada harapan untuk bisa mendapat ilmu sebanyak-banyaknya. Pengorbanan yang sudah dilakukan juga jadi alasan kenapa harus bersungguh-sungguh dan tidak menyia-nyiakan waktu dan kesempatan ini.
Buat saya seorang "mama" dari tiga anak yang masih kecil-kecil, ini bukan hal yang mudah. Sama sekali tidak mudah harus jauh dari anak-anak yang tiap harinya tak pernah jauh dari pantauan. Bersyukur bahwa kedua orang tua dan mertua yang sangat support dengan apa yang kami jalani. Kami... iya, kami... Sungguh bersyukur di kegiatan ini saya dan suami lolos seleksi dengan penempatan perguruan tinggi pembina yang sama.
Semoga apa yang kami jalani kurang lebih 4 bulan (sisa tiga bulan lagi), ini memberi manfaat dunia akhirat kami. Doa kami juga untuk ketiga anak kami, semoga Allah SWT senantiasa menjaga buah hati kami. Hanya kepadaNya sebaik-baik tempat bergantung.

Suasana Pembekalan Kegiatan Magang Dosen (Hotel Santika Mega City, Bekasi)
Dokumentasi oleh Khamadi