Sabtu, 10 September 2011

Goa Jepang

Gambar 1. Salah Satu Pintu Masuk Goa Jepang
      Goa Jepang merupakan salah satu destinasi wisata yang memiliki nilai sejarah. Goa ini terletak di di dusun Ngreco, dan Poyahan, Desa Seloharjo, Kecamatan Pundong, sekitar 20km selatan kota Yogyakarta. Goa ini sebagai sarana pertahanan militer di zaman Jepang pada tahun 1942-1945, terutama setelah Jepang mempertahankan diri dari kedatangan sekutu di Indonesia 
Gambar 2. Salah satu pintu masuk Goa Jepang

Gambar 3. Suasana di dalam Goa Jepang dengan dinding tebal dan alas tanah berpasir
      Di sekitar kawasan goa ini ditemukan 18 bangunan bunker yang mempunyai fungsi beragam, di antaranya sebagai tempat pengintaian, ruang tembak, ruang pertemuan, gudang dan dapur. Saat ditemukan, bunker - bunker tersebut sebagian besar dalam keadaan utuh. Goa ini dibangun dengan bahan beton bertulang, semen dan batu padas, dengan ketebalan dinding  rata-rata 50-70 cm. Goa ini merupakan benteng pertahanan Jepang untuk menghadapi serangan sekutu yang diperkirakan datang melalui pantai selatan. bunker-bunker yang ada dibangun saling berhubungan dan dihubungkan dengan parit perlindungan setinggi 1 m.

sumber gambar:
gambar 1. www.wisatanesia.com
gambar 2 dan 3. www.visitingjogja.com

1 komentar:

  1. Pada waktu SR ( kira-kira tahun 1964 ) bersama guru dan teman-teman, pernah bertamasya ke sana. unik memang, antara bunker yang satu ke bunker lainnya dihubungkan dengan parit berdinding batu-batu kapur asli. di dalam bunker merupakan bangunan bertingkat, tingkat atas merupakan ruang pengintaian musuh, sementara bawah ada dapur, dan sepertinya ruang pertemuan. Sementara goa Jepang lain yang pernah saya lihat adalah goa Jepang Bukittinggi Sumatera Barat. Goa Jepang ini mungkin merupakan goa Jepang terdalam dan terpanjang di Indonesia. Di dalamnya terdapa ruang-ruang pengadilan, penjara, ruang sidang, dapur dsb. Goa disini berupa terowongan yang menurut pemandunya dibuat oleh orang-orang Indonesia pekerja romusha. Pada saat itu ada pertanyaan dari pemandu yang katanya hingga saat kami ke sana belum terpecahkan/terjawab; 1. Ke mana tanah galiannya dibuang ? 2. Berapa ribu pekerjanya, adakah yang sekarang masih hidup dan dapat sebagai nara sumber? 3. Siapa arsiteturnya ? 4. Berapa lama pengerjaannya mengingat Jepang di Bukittinngi tak lebih dari 3 tahun?

    BalasHapus