Selasa, 26 Januari 2010

Manajemen Pembelanjaan Penghasilan yang Produktif


Saya mendapatkan sebuah email dari seorang teman yang ingin berbagi informasi dan nasehat bijak, bagaimana mengatur pendapatan kita agar tidak mengeluh di akhir bulan karna uang habis.Teman saya sendiri mendapatkan informasi ini dari seorang temannya yang meringkas sebuah dialog bersama Ust Dr. Antonio yang kebetulan disiarkan di salah satu stasiun TV swatsa. Jadi tidak ada salahnya saya juga ingin berbagi dengan anda semua...


Berikut kiat dan nasehat yang bisa kita coba untuk diterapkan dalam kehidupan kita:

Data dibawah hasil riset dari pakar keuangan Islam Indonesia dan sudah diterapkan dengan hasil yang memuaskan. Khusus untuk pekerja swasta/karyawan yang umumnya benefit/income hanya diharapkan dari gaji bulanan. Jika kita tidak prepare dengan baik, tidak banyak dari karyawan tersebut mengeluhkan habis bulan habis gaji.

Mengapa demikian ??

Karena manajemen keuangan tidak berjalan dengan baik. Selai itu pola penggunaan uang yang tidak produktif juga ikut andil di dalamnya. Dimana kebiasaan kita adalah belanja dulu semua keperluan nanti ada sisa baru fikir investasi, bayar zakat, bayar utang apalagi tabungan emergency.

Mari kita rubah pola tersebut menjadi pola productive, sebelum gaji dibelanjakan alangkah baiknya disisihkan dulu sesuai pola produktif.

Sebagai perumpaan :

Karyawan dengan gaji Rp 4.000.000,- dengan besarnya prosentase hanya sebagai contoh.

1. Tabungan emergency : 10 % X Gaji (prosentase disesuai ketentuan masing-masing).

2. Bayar utang sesuai jumlah utang.

Notes: batas utang jangan lebih dari 40% x gaji.

3. Bayar Zakat 2.5 % X gaji (prosentase wajib dari ISLAM)

4. Investasi minimal 5% dari gaji (prosentase disesuai ketentuan masing-masing).

5. lalu sisanya dibelanjakan sesuai dengan sisa keuangan.

(dengan komitment : tabungan Emergency & Investasi tidak digunakan jika tidak super urgent)


Contoh di atas mengajarkan kepada kita bagaimana mengelola penghasilan yang kita peroleh agar menjadi produktif. Mungkin untuk percobaan awal, kita bisa mencobanya untuk gaji kita atau uang bulanan kita (bagi para mahasiswa). Satu atau dua bulan mungkin belum terasa manfaatnya, tapi insyaAllah dalam 6 bulan atau satu tahun, kita sudah bisa melihat hasilnya. Akan selalu ada uang di tabungan kita, meskipun itu uang emergency dan uang investasi. Dan hal ini tentunya akan membuat kita tidak mengeluh di akhir bulan.

Berikut ini adalah tabel prioritas pembelanjaan dari penghasilan kita yang bisa kita bandingkan antara yang produktif dan yang non-produktif :

Untuk teman-teman yang masih sekolah, baik pelajar maupun mahasiswa, mungkin bisa mencoba juga untuk berzakat, tidak perlu menunggu sampai nisab (karena belum merupakan penghasilan yang rutin diperoleh).

Caranya, pertama teman-teman bisa sediakan sebuah celengan ‘tabungan’ zakat (bisa yang permanen ataupu yang tidak), kemudian setiap teman-teman mendapatkan rizqi berapapun itu nilainya, misal Rp. 50,000.- , coba sisihkan 2,5% nya yakni Rp. 1,250.- (bisa dibulatkan Rp. 1,500.-) kemudian masukkan ke dalam tabungan itu. Suatu saat nanti bila ada rekan kita ataupun orang yang membutuhkan, kita bisa memberikannya sebagai shodaqoh.

Cara ini bisa melatih kita untuk ikhlas dan ingat bahwa segala sesuatu yang Allah SWT anugerahkan kepada kita, didalamnya ada hak mereka yang kurang mampu.

Selamat mencoba, semoga bermanfaat.


Thanks to :

Radhiana Ahyani, atas emailnya yang akhirnya bisa ku tularkan pada yang lain, semoga bisa memberi manfaat buat yang lain juga ya...dan jangan bosan-bosan untuk berbagi informasi menarik seperti ini... ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar