Parang Kusuma merupakan salah satu daya tarik wisata di akwasan Parangtritis, tepatnya ±1 km di sebelah barat Parangtritis. Parang Kusuma terkenal bukan sekedar karena wisata alam dan pantainya, melainkan karena tempat ini memiliki sejarah dan nilai mistis, bahkan oleh sebagian orang dikeramatkan.
Konon tempat ini merupakan pintu gerbang Keraton Segara Kidul (kerajaan makhluk halus di Lautan Selatan). Di tempat inilah Raja Mataram I (Panembahan Senopati) untuk pertama kalinya berjumpa dengan Kanjeng Ratu Kidul, yang kemudian berkembang menjadi jalinan kasih asmara. Di tempat ini juga Panembahan Senopati menerima wahyu Keraton.
Konon tempat ini merupakan pintu gerbang Keraton Segara Kidul (kerajaan makhluk halus di Lautan Selatan). Di tempat inilah Raja Mataram I (Panembahan Senopati) untuk pertama kalinya berjumpa dengan Kanjeng Ratu Kidul, yang kemudian berkembang menjadi jalinan kasih asmara. Di tempat ini juga Panembahan Senopati menerima wahyu Keraton.
Alkisah, saat Panembahan Senopati ingin melepaskan diri dari Kasultanan Demak, beliau mengikuti nasehat pamannya yang bernama Ki Juru Martani, untuk bertapa di pantai lautan selatan. Dengan menghanyutkan diri di sungai Opak, maka sampailah beliau di muara sungai yakni pantai selatan. Kemudian beliau bertapa… duduk bersila di atas sebuat batu besar yang disebut Watu Gilang. Saat pertapaan itulah Panembahan Senopati bertemu Kanjeng Ratu Kidul yang menyampaikan berbagai ramalan indah tentang masa depan Panembahan Senopati sebagai Raja Mataram. Perjumpaan ini lalu berlanjut dengan menjadi kisah cinta antara keduanya, bahkan kemudian Panembahan Senpati diajak masuk ke ke Keraton Segara Kidul (istana Laut Selatan). Setelah tiga hari tiga malam Panembahan Senopati berada di Keraton Segara Kidul beliau kembali ke daratan. Dengan kesaktiannya beliau berjalan di atas air laut, dan mendarat kembali ke tempatnya semula, yaitu di Sela Gilang tempat beliau bertapa.
Karena keberhasilan Panembahan Senopati melakukan pertapaan di Watu Gilang, maka banyak orang yang mengikuti jejak beliau melakukan pertapaan di tempat ini. Mulai dari bangsawan sampai rakyat biasa, bahkan beberapa orang asing juga bertapa di tempat ini. Kebiasaan ini masih berlangsung sampai sekarang, terutama pada hari atau bulan yang di anggap keramat, seperti malam Selasa Kliwon, hari Malam Jumat, apalagi pada malam 1 Syuro (tahun baru Jawa), tempat ini di padati orang yang bertapa untuk menjalankan tirakat, berharap tercapai apa yang diimpikan.
UPACARA LABUHAN
Gambar 3. Salah satu prosesi saat Upacara Labuhan |
Di sela gilang inilah tempat menyelenggarakan upacara labuhan yang diadakan setiap tahun sekail oleh Keraton Ngayigyakarta maupun Keraton Kasunanan Surakarta sebagai penerus tahta Kerajaan Mataram. Ritual ini merupakan bentuk lambing cinta dan kasih sayang dari raja-raja Mataram kepada Kanjeng ratu Kidul. Labuhan sendiri berasal dari kata ‘labuh’ yang artinya sama dengan ‘larung’ yakni membuang sesuatu ke dalam air.
Gambar 4. Ritual yang dilakukan saat Upacara Labuhan |
Upacara ini dilakukan di sela gilang karena tempat ini adalah tempat pertemuan pertama kali antara Panembahan Senopati dengan Kanjeng Ratu Kidul. Selain itu tempat ini juga merupakan tempat mendaratnya Panembahan Senopati setelah menjalin cinta dengan Kanjeng Ratu Kidul, karenanya tempat ini (Parang Kusumo) dianggap sebagai pintu gerbang Keraton Segara Kidul.
Adapun barang-barang yang akan di labuh dibedakan menjadi dua macam, yakni barang yang ditujukan kepada Kanjeng Ratu Kidul (Pengajeng) dan yang ditujukan kepada pengikutnya (Pendherek). Untuk waktu pengelenggaraan upacara labuhan adalah satu hari setelah hari ulang tahun raja yang sedang bertahta (berdasarkan kalender tahun jawa). Sedangkan tempat penyelenggaraannya, sebelum barang-barang tersebut di labuh di Pantai Parang Kusuma, terlebih dahulu di adakan upacara ritual di Watu Gilang.
Adapun barang-barang yang akan di labuh dibedakan menjadi dua macam, yakni barang yang ditujukan kepada Kanjeng Ratu Kidul (Pengajeng) dan yang ditujukan kepada pengikutnya (Pendherek). Untuk waktu pengelenggaraan upacara labuhan adalah satu hari setelah hari ulang tahun raja yang sedang bertahta (berdasarkan kalender tahun jawa). Sedangkan tempat penyelenggaraannya, sebelum barang-barang tersebut di labuh di Pantai Parang Kusuma, terlebih dahulu di adakan upacara ritual di Watu Gilang.
Sumber : Legenda dibalik Kawasan Parang Tritis, Menggali Potensi Wisata dan Cerita yang Melegenda
Pengarang : Basyaruddin Siregar, SP.
Penerbit : AHTRMI Publisher
Pengarang : Basyaruddin Siregar, SP.
Penerbit : AHTRMI Publisher
sumber gambar:
Gambar 1 :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar