Sabtu 9 Januari 2010, saya melakukan perjalanan survey untuk tugas Mata Kuliah ‘Studi Dampak Pariwisata’ ke Pantai Parangtritis di Kab.Bantul Yogyakarta. Pantai ini sangat terkenal dan menjadi salah satu destinasi wisata baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Pantai Parangtritis letaknya di Selatan Kota Yogyakarta, kira-kira 25 km dari kota Yogyakarta. Untuk bisa sampai ke Objek Wisata ini, kita bisa menggunakan kendaraan pribadi maupun menggunakan angkutan umum yang tersedia. Kali ini saya memilih menggunakan kendaraan pribadi yakni motor. Perjalanan ini agak lama dibanding biasanya karena memang cuaca sedang kurang bersahabat, hujan sedang mengguyur kota Yogya dan termasuk Jl.Parangtritis.
Saya melewati gerbang masuk Objek Wisata Parangtritis ini kira-kira pukul 11.00 wib. Dengan membayar retribusi sebesar 7000 rupiah (sebuah motor dan 2 penumpang), saya bisa menikmati indahnya pantai dan menunaikan tujuan utama saya yakni survey tentang Gumuk Pasir di Pantai Parangtritis ini.
Karena cuaca yang masih gerimis, saya hanya sebentar berjalan-jalan di pantai. Ternyata sudah banyak yang berubah dari terakhir saya kemari dengan keluarga besar pada Oktober 2008. Sekarang Pantai Parangtritis menawarkan atraksi lain yang cukup menarik khusunya untuk anak-anak, yakni kolam renang di tepi pesisir pantainya. Meskipun sederhana, area bermain air ini cukup diminati karena dirasa cukup aman dan menyenangkan bagi anak-anak mereka.
Berjalan-jalan sambil melihat-lihat keadaan dan lingkungan pesisir pantai Parangtritis ini ternyata sudah tidak terlihat sama sekali ‘gumuk pasir’ yang saya cari. Sempat saya menanyakan pada salah seorang penduduk sana yang berprofesi sebagai tukang parkir, dia mengatakan bahwa memang sekarang sudah tidak ada lagi gumuk pasir di pesisir pantai Parangtritis ini. Sebelum berangkat survey, saya sempat mencari data sekunder di perpustakaan kesayangan saya yakni Stuppadata. Hasil yang saya peroleh diantaranya :
Lokasi Gumuk Pasir di Parangtritis berada di sepanjang pantai parangtritis sampai muara Kali Opak (Pantai depok). Lokasi gumuk pasir aktif terletak di sisi timur yaitu sekitar Pantai Parangkusumo, sedangkan gumuk pasir pasif terletak di kawasan sisi barat sampai di Pantai Depok.
Di Parangtritis terdapat 25% atau sekitar 75Ha lahan berupa gumuk pasir yang bersifat aktif. Proses pembentukan gumuk pasir dan jejak pengendapan misalnya struktur pengendapan silang-siur dan jejak gerak angin dapat diamati dengan baik. Gumuk pasir pasif menempati sisi barat kawasan sampai Kali Opak, dengan disominasi oleh bentukan parabolik dan sisir. Gumuk pasir tipe ini dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian.
Menurut penelitian team Kappala 1998 di Parangtritis terdapat 190 bentukan gumuk pasir yang terdiri dari 70 bentuk varchan, 80 longitudinal, 30 parabolik, dan 10 berupa sisir. Topik perhatian utama adalah gumuk pasir tipe Barchan (sabit) , karena disinyalir merupakan satu-satunya di Asia Tenggara.
Karena merasa survey di Pantai Parangtritis ini kurang memuaskan, akhirnya saya memutuskan untuk mencari tau dan berkunjung ke Museum Alam dan Ekologi Pesisir Pantai Parangtritis Yogyakarta (Museum Kerjasama Kab.Bantu, Bakosurtanal, dan Fak.Geografi –UGM). Kali ini saya sungguh beruntung karena pada hari libur ini saya berkesempatan bertemu dan berbincang langsung dengan Bapak Drs. I Nyoman Sukmantalya, MSc. selaku kepala Museum (Bakosurtanal). Pada hari libur ini beliau kebetulan dinas ke Museum karena pada hari ini akan ada kunjungan dari teman-teman Fak. Geografi UGM. Dalam pertemuan ini saya memanfaatkan untuk menanyakan banyak hal terutaman tentang Gumuk Pasir yang ada di Parangtritis. Dari penjelasan beliau, gumuk pasir yang ada di Parangtritis ini memang termasuk unik, bahkan termasuk gumuk pasir langka yang saat ini hanya ada 2 di dunia (di Indonesia yakni Parangtritis dan di Mexico). Museum ini juga menarik untuk survey saya, karena di sekitar museum ini juga terdapat gumuk pasir yang kira-kira ketinggiannya 3m, dan pagar yang melingkupinya di bangun menyesuaikan dengan bentukan gumuk pasir tersebut. Hal ini mengisyaratkan bahwa untuk menjaga kelestarian gumuk pasir, kita bisa menyesuaikan diri sehingga tetap terjaga keseimbangan ekosistem di sekitar gumuk pasir itu sendiri.
Menurut Bapak Nyoman, memang saat ini belum diketahui apa sebetulnya fungsi gumuk pasir bagi mata rantai dan ekosistem pesisir pantai Parangtritis. Karena pada umumnya gumuk pasir terbentuk di daerah gurun yang beriklim kering. Namun beliau memberikan pendapatnya bahwa gumuk pasir yang ada Parangtritis ini memiliki kelebihan dan kekurangan terhadap lingkungan Pantai Parangtritis. Untuk kelebihannya, menurut beliau gumuk pasir dimungkinkan bisa menjadi tameng jika terjadi tsunami (namun belum ada penelitian khusus untuk ini), selain itu juga dengan adanya pertumbuhan dan kelangsungan gumuk pasir ini, arus gelombang pantai Parangtritis bisa sedikit terkendali dan tidak terlalu besar gelombang dan perputarannya (karena ada sedimen yang di olah di dalamnya). Sedangkan kekurangannya, gumuk pasir memberikan ancaman tersendiri bagi pertanian atau lahan pesawahan yang ada di sekitarnya. Pada musim hujan, pasir longsor dan mengancam area pesawahan milik warga setempat. Keadaan ini diperparah dengan kondisi Kali Opak (pemasok sedimen bagi Pantai Parangtritis) yang saat ini ditambang oleh masyarakat sekitar dan sekarang miskin pasir, sehingga pasir yang sampai ke muara sungai sangat minim dan tidak memungkinkan untuk pembentukan gumuk pasir baru ataupun menambah yang telah ada.
Di akhir perbincangan saya dengan Bapak Nyoman, saya menerima sebuah kenang-kenangan yakni sebuah jilidan hasil penelitian beliau bersama tim tentang Studi Morfodinamika wilayah Pesisir Pantai Selatan dengan judul ‘Draft Final Laporan Penelitian – Prelimenary Studi Morfodinamika Wilayah Pesisir Selatan Kabupaten Bantul dan Kabupaten Cilacap’. Tentu saja ini adalah hal yang luar biasa bagi saya. Bisa mendapatkan kemudahan dan ilmu dari beliau. Setelah merasa cukup dan kebetulah rombongan rekan-rekan Fak.Geografi – UGM telah tiba, saya pamit. Tapi sebelum meninggalkan Museum, beliau sempat menunjukkan pada saya Benner hasil penelitian beliau yang di pajang di salah satu bangunan pada Museum ini.
Survey kali ini berakhir dengan mengunjungi Pantai Depok. Hari Sabtu seperti ini ternyata ramai juga pengunjung di Pantai Depok. Sebagian besar dari pengunjung datang berombongan. Karena waktu sudah sore saya memutuskan untuk mengakhiri perjalanan ini dan pulang.
Pada kesempatan ini tak lupa saya mengucapkan Terima Kasih untuk :
- Rifqi Sasmita Hadi, yang sudah mau menyempatkan untuk mengantar survey... ^_^ terima kasih Mas... Lain kali lagi ya....
- Bapak Drs. I Nyoman Sukmantalya, MSc, terima kasih sekali Pak atas ilmu dan informasinya. Kesan pertama... friendly dan Helpfull... Kemudahan yang bapak berikan sungguh memberikan semangat tersendiri buat saya bahwasannya ilmu itu bisa di kejar dan dicari bila kita berniat dan sungguh-sungguh. Serta hadiahnya... akan saya jilid dan tentunya akan bermanfaat Pak.
- Laporan Akhir , Pedoman Penataan Bangunan Kawasan Parangtritis Kabupaten Bantul 1993, Dep.Pekerjaan Umum Kantor Wilayah Propinsi DIY
- Studi Penyusunan Pedoman Pantai Lestari, Laporan Akhir, Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi, Proyek Pengendalian dan Pengelolaan Dampak Lingkungan Hidup 1997/1998
- Laporan Akhir Penyusunan RIPOW Parangtritis, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bantul dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Pariwisata Universitas Gadjah Mada
- Perencanaan Pariwisata Berkelanjutan, Penerbit ITB, 1997 Bandung
- Gumuk Pasir (Sand Dune), Morfologi hasil ukiran angin http://rovicky.wordpress.com/2008/06/09/gumuk-pasir-sand-dune/
- Gumuk Pasir atau Sand Dunes Parangtritis http://earlfhamfa.wordpress.com/2009/03/21/gumuk-pasir-atau-sand-dunes-parangtritis/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar